Ketika Suami Melarang Istri Bekerja
Kantoran
Assalamu'alaikum
Selamat datang di blog senyumbahagia.com.
Blog yang isinya curhatan dan unfaedah. Hahaha. Saat ini saya mau membahas
sekaligus menjawab pertanyaan banyak orang ke saya. Halah. Ini yang nanya nanya
nggak cuma tetangga, tapi juga mertua dan orang tua. Kalau orang tua paham
karena bapak saya juga begitu dulu ke ibu saya. Kalau orang lain masih ada yang
paham tapi juga banyak sekali yang tidak. Hidup ini bukan masalah setuju dn
tidak setuju, ya. Tapi sesuai dan tidak sesuai. Beda kondisi beda juga
penangannya. Hasyah... Kayak dah ahli aja bidang pernikahan.
Oke kembali ke topik.
Ada berbagai macam suami. Nah, suami saya
termasuk yang nggak suka kalau istrinya bekerja kantoran. Bagi yang sesuai silakan
diteruskan membaca. Bagi yang nggak sesuai boleh langsung tutup laman ini ata
baca juga boleh sebagai pengetahuan aja, ya. Kenapa nggak suka saya kerja
kantoran? Kren suami saya itu instruktur outbound. Pulangnya nggak mesti.
Kadang hari libur atau nggk. Kerjanya di luar kota. Dulu pernah saya kerja
kantoran. Kami jarang ketemu. Dia pas pulang. Eh, saya nglembur. Capek.
Keharmonisan cuckup terganggu. Itu keluarga saya, lho, ya. Jangan samakan
dengan keluarga lain yang tetap adem ayem.
Anak saya sekarang usiany 20 bulan. Pintar
dn cantik. Yaiyalah anak sendiri pasti dipuji. Hehe. Di punya asma turunan dari
keluarg ayahnya. Baru muancul sat usianya satu tahun. Jadi, saya harus
mendmpinginya untk terapi renang. Sebenarnya dia kesepian di rumah. Sempat
trial sekolah, lalau ketika dia sekolah saya mau kerj gitu. eh, tapi dia belum
bisa sekolah. akhirnya saya tunda dulu sampai di siap. Suami dn ibu saya tahu
kalau anak saya nggak suka disekolahin langsung deh saya kena semprot. Hahaha.
Kan nyoba-nyoba doang ya, Dek.
Kadang kan istri pengen belanja pakai uang
sendiri. Pengen nggak ngrepoti suami. Tapi suami hanya bilang
"Biar aku yang kerja lebih keras,
dek, kalau uangnya kurang."
Lah, saya kan jadi pengen nangis, ya.
Sebenarnya bukan masalah kurang dan nggak kurang, sih. Tapi terkadang saya
nggak kuat menanggapi omongan orang.
"Kasihan orangtuanya, ya. Udah
sekolah tinggi-tinggi kok cuma momong anak."
Sampai saya tanya ke bapak ibu saya.
"Bu, kalau saya jadi ibu rumah tangga
ibu rugi nggak?"
Saya tahu betul jawaban ibu saya pasti
bilang nggak rugi. Lha wong ibu saya juga sekolah tinggi 'cuma' jadi ibu rumah
tangga untuk enam anaknya, kok. Kemarin, ibu diangkat jadi PNS sebagai penyuuh
usianya sudah 51 tahun. Adek saya sudah kelas 3. Ibu selalu bilang kalau
rencana Allah itu paling baik. Ridho suami ridhonya
Kalau sudah begini saya balik lagi ke
agama saya yang mengajarakan bahwa menurut dengan suami balasannya surga. Itu
surga sya inget-inget terus kalau ada twaran kerja au dinyinyirin banyk orang. Padahal
belum pernah lihat surga, ya.
Lalu, apa yang saya lakukan? Kan tetep
pengen berkarya yang mengahasilkan uang walalupun tidk sebanyk yang kerja
kantoran.
Saya menjadi blogger dan penulis.
Sebenarnya masih belum layak. -----Langsung minder----- alhamdulillah lumayan
buat jadi kebanggan diri sendiri. Hehe. Sedikit-sedikit ada uang di rekening.
Role model saya adalah ibu saya. Kalau ibu saya rumahnya untuk bimbingan
belajar. Tapi ibu nggak mematok harga. Jadi tempatnya boleh dipakai untuk
guru-guru untuk bimbingan belajar. Modelnya sharing seikhlasnya. Jadi, kalau
untung ya dapat banyak, kalau nggak untung ya nggak dikasih. Alhamdulillah
rejeki yang 'nggak pasti' itu malah membawa keberkahan.
"Selalu libatkan Allah dalam
bekerja"
Ibu juga membuka Madrasah Diniyah gratis
di rumah. tau Taman Pendidikan Al-Qur'an. Hal ini juga membuat ibuk lumayan
sibuk. Padahal hariannya juga sudah sibuk. Banyaknya anak yang belajar mengaji
di rumah, membuat uang juga berkah. Jadi, walaupun yang bekerja hanya Bapak,
tapi uang sellau cukup untuk enam anak.
Kalau ibu diminta menjelaskan bagaimana
cara mengatur uang, kadang ibu bingung sendiri. Uang itu diberi Allah. Kadang
sedikit tapi berkah. Anak-anak sehat dan pintar tanpa masalah. Semua cukup.
Tapi, kadang banyak tapi anak-anak sakit. Prestasi turun, atau anak-anak jadi
susah diberitahu. Biasanya kalau sudah begitu, sepertinya ada yang salah.
Mungkin kurang sedekah. Saya sejak kecil diajarkan jika ada barang yang hilang
sedekah yang banyak-banyak. Mungkin kurang sedekah, jadi Allah ambil
paksa.
Apa yang bisa saya terapkan saat ini?
Saya punya role model tapi di masa lalu.
Tentu saja harus menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Satu hal yang harus saya
pegang adalah harus melibatkan Allah ketika mengatur uang.
Uang dari suami ketika bayaran, saya bagi
ke beberapa pos.
1. Zakat Profesi
Begitu diberi harus langsung dizakatkan.
Pernah lupa zakat langsung ludes itu uang. Haha. Karena sudah terbiasa
alhamdulillah langsung diingatkan Allah. Semoga keluarga kita sellau dijaga
Allah, ya...
2. Tabungan Keluarga
3. Tabungan Anak dan Biaya Les
Ini besarnya rahasia Biaya les saya
tambahkan juga uang bensin dan jajan.
3. Belanja Bulanan
4. Jaga-jaga
Posnya dikit banget ya cuma 5. Sedikit
saja yang penting cukup.
Kalau untuk bekerja dalam bidang
penulisan, harus diniatkan bahwa tulisan saya semoga bisa bermanfaat untuk
orang banyak.
Nah, sampai di sini tulisan saya menyikapi
suami yang melarang saya bekerja kantoran. Alhamdulillah saya sudah bertahan
selama 3.5 tahun tidak bekerja kantoran. Karena sempat kerja kantoran setengah
tahunan. Semoga bermanfaat, ya....
Salam,
Liyaswandari :)
0 komentar:
Posting Komentar